Bagaimana Konsep Mahar dalam Islam?
Bagaimana Konsep Mahar dalam Islam?
Setiap bangsa mempunyai tradisi pernikahannya sendiri. Tradisi pernikahan disesuaikan pada nilai dan norma sosial yang berlaku. Nilai-nilai yang diterapkan bisa didasarkan pada budaya, adat istiadat, dan agama. Hal demikian juga berlaku di negara yang penduduknya mayoritas muslim. Konsep mahar dalam Islam menjadi penting dipahami.Mahar menjadi simbol yang menunjukkan kesungguhan niat suami untuk menikahi istri. Selain itu, mahar juga sebagai bentuk ungkapan untuk memuliakan, menghormati, menjunjung derajat perempuan. Dengan demikian, konsep mahar dalam Islam merupakan bentuk penghargaan tingginya derajat perempuan sebagai makhluk hidup.
Konsep Mahar dalam Islam |
Besarnya Mahar dalam Islam
Seringkali mahar menjadi persoalan yang serius dibicarakan antara calon laki-laki dan perempuan. Atau, banyak yang mengira mahar identik dengan harta benda duniawi berupa uang dan benda mahal. Sejatinya tidak ada batasan spesifik yang menyebutkan besaran mahar dalam suatu pernikahan. Malah mahar dapat berupa hal-hal yang tidak bisa dipegang seperti hafalan Al-quran, keimanan, ilmu, dan hal baik lainnya.
Seperti cerita sejarah saat Umumu meminta mahar kepada Abu Thalhah. Diceritakan Abu Thalhah merupakan orang yang memiliki kekayaan dan ketampanan. Kekayaan dan ketampanannya diakui oleh masyarakat umum saat itu. Tapi, Abu Thalhah memutuskan keislamannya sebagai mahar saat melamar Umumu. Kisah ini memberi pijakan bahwasannya mahar tidak harus berupa harta benda.
Tujuan Mahar
Perlu dipahami konsep mahar dalam Islam tidak menjadi tujuan pernikahan. Saat diselidiki lebih teliti, mahar hanya sebagai sarana pernikahan. Sebab tujuan utama pernikahan tidak ditentukan oleh besaran mahar yang diberikan. Juga tidak etis untuk memberlakukan mahar sebagai bahan pameran pada orang lain.
Perlakuan mahar yang seperti itu hanya akan membatalkan fungsi utama adanya mahar. Yang sebenarnya sebagai simbol untuk menghormati perempuan. Alangkah lebih baik tidak terlalu memusingkan mahar saat hendak melakukan pernikahan. Memusingkan mahar hanya akan menyusahkan diri sendiri. Sehingga berdampak pada proses pernikahan kedua mempelai.
Besar kemungkinan akan melupakan hal-hal penting lainnya yang harus dipersiapkan saat pernikahan. Tentu yang dimaksud bukan memusingkan mahar secara jumlah atau besaran. Sebab, mau bagaimanapun, mahar bukan tujuan utama dalam menikah.
Fakta Tentang Mahar
Mahar merupakan salah satu hak yang didapat perempuan saat terjadinya perkawinan. Keluarga mempelai pria akan memberikan sejumlah harta kepada perempuan sebagai calon istri. Ada beberapa fakta mengenai mahar yang belum diketahui orang. Berikut ulasannya:
1. Bukan Rukun Nikah
Mahar bersifat wajib dalam suatu pernikahan. Namun, mahar bukan termasuk dalam syarat sah berlangsungnya pernikahan. Mahar yang diwajibkan tidak termasuk rukun nikah. Artinya, tidak ada pemberian mahar pernikahan tetap akan dibilang sah.
Calon suami menjadi wajib memberikan mahar pada calon istri karena ada akad nikah. Itu menjadi alasan kenapa mahar bisa dibayar berangsur. Khusus di Indonesia sudah ada penegasan kalau mahar harus dibayar tunai.
2. Hak Pribadi Istri
Lebih baik menghindari pemberian mahar sebagai ajang memperkaya keluarga saat melakukan pernikahan. Sesuai tujuannya, mahar merupakan hak mutlak untuk mempelai perempuan. Oleh karena itu pihak keluarga dari perempuan hendaknya membatasi campur tangan mengenai penentuan jumlah mahar.
Jika itu terjadi akan menimbulkan potensi keberatan pada pihak laki-laki. Maka hukum Islam sudah mengatur kalau besaran mahar ditentukan berdasarkan kesepakatan dua mempelai. Bukan kesepakatan dua keluarga mempelai. Hendaknya mengutamakan prinsip kemudahan dan kesederhanaan.
3. Sesuai Kemampuan
Sebaiknya kebahagiaan suatu pernikahan tidak bergantung pada besaran mahar yang diberikan. Sebab menentukan besaran mahar berdasar kemampuan calon suami juga harus dipertimbangkan. Kegunaan mahar jauh lebih penting daripada besar kecilnya mahar. Atau memberlakukan mahar sebagai manifestasi niat dan penghormatan antara suami dan istri setelah pernikahan berlangsung.
Jadi konsep mahar dalam Islam sebenarnya berlandaskan pada keagungan pernikahan. Mahar mampu memperindah kontrak agung akad nikah oleh sepasang kekasih. Adanya mahar dapat menjadi simbol penghormatan pada calon perempuan. Sedangkan di sisi lain pemberian mahar juga menunjukkan kesungguhan calon laki-laki untuk menikahi istri. Oleh sebab itu pemberian mahar tidak dipersulit secara konsep dan hukum.
Post a Comment for "Bagaimana Konsep Mahar dalam Islam?"